News

Dosen ITS Temukan Senyawa Baru Anti Kanker

Kam, 03 Agu 2017
6:44 pm
Riset dan Industri
Share :
Oleh : Yoga Ari Tofan   |
Awik Puji Dyah dengan desertasinya

Dr Awik Puji Dyah Nurhayati MSi, dosen Jurusan Biologi ITS yang berhasil mengisolasi senyawa baru anti kanker lewat disertasinya.

Pemanfaatan spons atau bunga karang sebagai anti kanker dewasa ini marak dikembangkan. Jumlahnya yang melimpah dan kemampuannya yang dinilai baik membuat spons menjadi bahan penelitian yang menarik perhatian. Begitu pula dengan Dr Awik Puji Dyah Nurhayati MSi, dosen Jurusan Biologi ITS yang berhasil mengisolasi senyawa baru anti kanker lewat disertasinya.

Melanjutkan studi doktoral di Universitas Gadjah Mada, Awik memilih spons jenis Cinachyrella yang banyak tumbuh di daerah Gunung Kidul, Jogja. Selain melimpah, penelitian terkait jenis spons ini juga belum banyak dilakukan oleh peneliti manapun.”Bahkan peneliti dunia juga suka meneliti spons di Indonesia yang banyak ragamnya. Tapi. kebetulan Cinachyrella ini belum banyak diteliti,” ujarnya yang juga ketua program studi S1 Biologi ITS.Memulai penelitiannya pada tahun 2014, Awik berhasil menemukan kemampuan luar biasa dari senyawa yang berhasil diisolasinya. Pasalnya, senyawa ini mampu membunuh sel kanker dengan cara apoptosis, yakni kematian sel secara terstruktur sehingga tidak merusak sel lain di sekitarnya.”Anti kanker pada umumnya membunuh sel kanker secara nekrosis sehingga dapat merusak sel lain, ini yang mengakibatkan adanya efek samping seperti rambut rontok,” terang Awik.Istimewanya, isolat yang berhasil didapatkan merupakan struktur baru yang belum pernah ditemukan. Hal ini membuat namanya kemudian dicatut dalam nama senyawa anti kanker tersebut.”Saya beri nama SA2014, S untuk struktur, A untuk Awik dan 2014 adalah tahun penemuannya,” paparnya menjelaskan.Lebih lanjut, ibu beranak satu ini menjelaskan SA2014 masih perlu pengembangan. Pasalnya, kemampuan membunuh sel kanker yang dimilikinya masih sangat kecil dibandingkan dengan obat anti kanker komersial lainnya. Meski begitu, SA2014 tetap unggul karena sifatnya yang tidak beracun.”Kemampuan apoptosis-nya sebelas persen dan nekrosisnya hanya tujuh persen. Padahal, obat komersial mampu membunuh 96 persen meski secara nekrosis,” tambah wanita asal Sragen ini.Saat ini penelitiannya sudah dalam tahap pengembangan paten yang telah diajukan Juli lalu. Berbagai penelitian tambahan mengenai kemampuan fagositosis, uji molekuler untuk isolasi sintesa dan tes in vivo dengan hewan menjadi agenda Awik selanjutnya.”Saya sangat berharap penelitian ini dapat menginspirasi peneliti lain untuk mengembangkannya karena di sini saya melihat potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Ini masih awal,” pungkasnya. (arn/pus)

Latest News